Parmaksian,
9 januari 2012
Seandainya aku belajar selalu untuk mengerti dan sealu memiliki hati yang
tenang tentu saja pergantian tahun 2011 ke 2012 tidak ku lalui dengan airmata
kesedihan,tetapi hari ini aku menyadari memang tidak ada yang kebetulan dalam
hidup. Tuhan selalu memiliki banyak cara untuk mengajar aku. Engkau tahu betapa
bahagianya aku saat ini banyak hal yang bisa ku pelajari dari kejadian
tersebut, justru pergantian tahun itu sangat berkesan bagiku
Hal itu sangat berharga walaupun hal itu baru kusadari saat ini. Masih kuingat pertengkaranku denga ibuku, masih terngiang di telingaku saat ia berpendapat betapa sombong, dan angkuhnya diriku, dan masih berbekas rasa bersalahku saat melihat dia menangis karenaku.
Hal itu sangat berharga walaupun hal itu baru kusadari saat ini. Masih kuingat pertengkaranku denga ibuku, masih terngiang di telingaku saat ia berpendapat betapa sombong, dan angkuhnya diriku, dan masih berbekas rasa bersalahku saat melihat dia menangis karenaku.
Dia hanya akan bahagia saat kakak pertamaku berhasil. Dengan naifnya air mataku mengalir dan kepalaku hanya mengingat-ingat hal yang kuanggap buruk darinya. Bagaimana dahulu saat dia marah ketika ku selalu belajar, saat itu yang kuingat betapa kejamnya dia disaat orangtua yang lain dengan susah payah menyuruh anaknya belajar tetapi justru dia sebaliknya, betapa tidak adilnya dia memarahiku karena belajar sementara saudaraku yang lain diingatkannya untuk selalu belajar.
Tapi saat ini aku mengerti dia hanya ingin mengajariku untuk menyeimbangkan kehidupanku, bagus selalu belajar tetapi jangan meninggalkan pekerjaan dirumah, aku rasa hal ini pasti berguna saat ku menikah kelak bagaimana menyeimbangkan pekerjaan dan keluarga.
Aku cemburu saat teman-temanku memakai pakaian yang bagus-bagus, aku cemburu saat ibu mereka membelikannya pada mereka. Aku juga hanya memiliki dua buah seragam yang kupakai hingga tiga tahun. Tetapi saat ini aku mengerti dan aku berterima kasih hal itu membuatku lebih gigih hal itu membuatku ingin sukses, hal itu juga mengajarkanku untuk lebih mementingkan pendidikan dibandingkan hanya bergaya saat sekolah.
Aku sangat bersyukur Ibu ku tidak pelit untuk mengeluarkan uangnya jika aku meminta untuk mengikuti kursus, dia mencukupi semua pendidikanku dan saat ini aku sadar itu lebih berarti daripada pakaian-pakaian bagus yang dikenakan teman-temanku.
Aku merasa kesepian saat itu, dan aku hanya ingin seperti mereka tapi aku tidak bisa, ibuku melarangku. Saat ini aku mengerti dia melakukannya karena dia sayang kepada anak perempuannya dia tidak ingin aku menjadi rusak, dia tidak ingin ada yang menyakitiku, dia hanya takut jika ku memiliki pergaulan yang salah.
Hal itu sangat berharga walaupun hal itu baru kusadari saat ini. Masih kuingat pertengkaranku denga ibuku, masih terngiang di telingaku saat ia berpendapat betapa sombong, dan angkuhnya diriku, dan masih berbekas rasa bersalahku saat melihat dia menangis karenaku.
Hal itu sangat berharga walaupun hal itu baru kusadari saat ini. Masih kuingat pertengkaranku denga ibuku, masih terngiang di telingaku saat ia berpendapat betapa sombong, dan angkuhnya diriku, dan masih berbekas rasa bersalahku saat melihat dia menangis karenaku.
Dia hanya akan bahagia saat kakak pertamaku berhasil. Dengan naifnya air mataku mengalir dan kepalaku hanya mengingat-ingat hal yang kuanggap buruk darinya. Bagaimana dahulu saat dia marah ketika ku selalu belajar, saat itu yang kuingat betapa kejamnya dia disaat orangtua yang lain dengan susah payah menyuruh anaknya belajar tetapi justru dia sebaliknya, betapa tidak adilnya dia memarahiku karena belajar sementara saudaraku yang lain diingatkannya untuk selalu belajar.
Tapi saat ini aku mengerti dia hanya ingin mengajariku untuk menyeimbangkan kehidupanku, bagus selalu belajar tetapi jangan meninggalkan pekerjaan dirumah, aku rasa hal ini pasti berguna saat ku menikah kelak bagaimana menyeimbangkan pekerjaan dan keluarga.
Aku cemburu saat teman-temanku memakai pakaian yang bagus-bagus, aku cemburu saat ibu mereka membelikannya pada mereka. Aku juga hanya memiliki dua buah seragam yang kupakai hingga tiga tahun. Tetapi saat ini aku mengerti dan aku berterima kasih hal itu membuatku lebih gigih hal itu membuatku ingin sukses, hal itu juga mengajarkanku untuk lebih mementingkan pendidikan dibandingkan hanya bergaya saat sekolah.
Aku sangat bersyukur Ibu ku tidak pelit untuk mengeluarkan uangnya jika aku meminta untuk mengikuti kursus, dia mencukupi semua pendidikanku dan saat ini aku sadar itu lebih berarti daripada pakaian-pakaian bagus yang dikenakan teman-temanku.
Aku merasa kesepian saat itu, dan aku hanya ingin seperti mereka tapi aku tidak bisa, ibuku melarangku. Saat ini aku mengerti dia melakukannya karena dia sayang kepada anak perempuannya dia tidak ingin aku menjadi rusak, dia tidak ingin ada yang menyakitiku, dia hanya takut jika ku memiliki pergaulan yang salah.
Memang betapa sombongnya aku saat itu dengan angkuhnya yang ada
dikepalaku hanya mengingat-ingat kesalahan ibuku,dengan naifnya kumerasa
dirikulah yang tidak mendapat perilaku yang adil. Ya...saat itu aku cemburu,
aku merasa semua hal baik dariku hanya dikalikan nol olehnya. Aku merasa aku
tidak dicintai, aku tidak diinginkan, Ibuku hanya mencintai ketiga saudaraku.
Aku cemburu ketika dia membelikan tiga pasang baju yang cantik-cantik
kepada adik perempuanku sementara aku sudah lama tidak memiliki baju baru, aku
ingat bagaimana dahulu ku lebih memilih mengikuti kursus sepulang sekolah
karena aku merasa tidak memiliki pakaian bebas yang layak dipakai sehingga
lebih baik tetap menggunakan seragam.
Aku cemburu saat teman-temanku diperbolehkan menonton konser musik oleh
orngtuanya, saat mereka boleh keluar saat malam minggu, saat mereka boleh
jalan-jalan ataupun sekedar nongkrong ke kota saat sore hari.
Aku marah ketika dia mengecilkan jurusan yang kuambil saat kuliah, aku
kecewa saat kumerasa dia tidak menghargai perjuanganku untuk mencapai itu. Tapi
saat ini kusadar dia hanya khawatir akan masa depanku.
Ya...aku memang sombong dengan pikiranku saat itu, aku merasa hebat, aku
merasa semuanya karena perjuanganku, aku merasa aku bisa karena aku.
Aku lupa bagaimana dia menjagaku saat ku sakit, aku lupa bagaimana dia
menasihatiku, aku lupa bagaimana dia bekerja keras agar aku bisa sekolah,
bagaimana dia harus bekerja dan mengurus rumah dan aku juga lupa bagaimana
gigihnya dia berjuang agar anaknya ini memiliki laptop saat kuliah, aku juga
melupakan bagaimana dia membawa namaku dalam doa-doanya, aku juga melupakan
bagaimana dia selalu menyediakan makanan yang enak-enak saat aku pulang ke
kampung, aku juga melupakan bagaimana pedulinya dia untuk masa depanku...aku
tidak menyadari bahwa hanya dia yang peduli padaku, tidak ada satu orangpun
dibumi ini yang memperhatikanku lebih dari dia, tidak ada yang mencintaiku lebih
dari cintanya, tidak ada seorangpun selain dia, dan dengan kebodohanku aku
telah menyakitinya dan aku sangat menyesal. Ingin rasanya membalas semuanya
tapi aku rasa harta didunia ini pun tidak sanggup membalasnya.
Berjuta terimakasih buat sosok wanita tangguh yang kukenal, wanita yang
sangat peduli akan hidupku, wanita dengan kelembutan hati diluar sikap
kerasnya, wanita yang menjadikanku seperti sekarang, wanita yang mengorbankan
kesenangannya demi diriku.
0 komentar:
Posting Komentar