Kamis, 08 November 2012

Pekerjaan vs lelaki


Maksud hati ingin mencari inspirasi diskitar,,,aiss tapi apa daya semangatku tak kunjung datang,
Huftt okelah mari kita lupakan hal-hal yang kedengarannya bodoh seputar hati dan hal-hal yang membuat orang galau,,i think it’s time to say no to galau...*hadehh..hadehhh ni tulisan benaran galau  yahhh...
Oke mari kita mulai merajut cerita, ya cerita diawal kisah cinta, cinta tentang pekerjaanku dan cinta tentang lelakiku..

Awal kisah yang sama..
Setelah mendapat gelar S.Sos ku, perburuan itupun dimulai, target awal aku hanya ingin menjadi pegawai pemerintah di tahun pertama kelulusanku, keinginanku membuatku melayangkan surat lamaran kedepartemen manapun yang disyarat penerimaannya mencantumkan kualifikasi pendidikanku, oke...sampai akhirnya aku mendapatkan pekerjaan diinstansiku sekarang, well awalnya aku sama sekali buta dengan posisi yang ditawarkan di pekerjaanku ini, yang ada dibatinku saat itu hanya “thanks God akhirnya dapat kerjaan juga dan well menjadi pegawai dipemerintahan adalah pekerjaan yang bagus untuk seorang wanita”, Yup benar aku hanya menginginkan pekerjaan tanpa tau bagaimana pekerjaannya.

Aku mendapatkan penempatan di suatu daerah yang lumayan jauh, dimana aku tidak akan menemukan mall atau plaza disana, untuk menghibur diri aku bergumam well paling tidak pastu disini biaya hidup murah, dan akan sangat banyak penghasilan yang akan ku simpan...heheeee...dan ternyata aku salah menduga, huftt taukah kalian ternyata biaya hidup di daerah yang tidak memiliki plaza itu sangat tinggi, untuk sekali makan saja aku harus merogoh lima belas ribu dari kantongku.

Awal bekerja aku mulai memahami apa posisi dan pekerjaanku...teng ing engggg...yup ternyata aku bekerja sebagai orang lapangan,, huffff ingin keluar saja rasanya, tapi kembali lagi aku menghibur diri dengan semangatnya berpendapat “tantangan baru what a beautiful life,,,mencoba mewarnai hidup. Tantangan awal aku harus turun kelapangan berjalan dari satu rumah ke rumah yang lain yahhh..aku adalah tukang survei atau kalau orang didesa biasa berkata par-sensus..

Dari satu rumah ke rumah lain, masuk ke satu rumah, keluar dan masuk ke rumah yang lain...ahhh aku sangat membenci pekerjaan ini, dan kebencianku semakin bertambah bila kumendapatkan warga yang apatis dan menolak untuk disurvei, yuppp terserah kalian jika ingin berkata aku berlebihan tapi benar yang kurasakan saat itu seperti aku tidak punya harga diri, diusir dari rumah responden,, ingin nangis sekencang-kencangnya rasanya. Aku jadi teringat ada teman yang berkata pekerjaanku tak ubahnya seperti tukang botot,, yahhh mencari data sampai ke pelosok-pelosok. Dan aku benar-benar membenci pekerjaanku saat itu, aku tidak mencintai pekerjaanku ini. Dan aku pun mulai merancang-rancang cara untuk secpatnya keluar dari pekerjaanku saat itu.....(buntu...ntar dehh dilanjutin lagi..zzzzzzzzzzzzz)

0 komentar:

Posting Komentar