Senin, 25 Februari 2013

Cerita diawal "Handkey"


kabut saja belum beranjak dari peraduannya
menghalangi pandanganku, gerah rasanya dalam hati
ahh...coba saja memetik hikmahnya
mencoba menikmati bulir -bulir air di udara

coba saja menghirup udara pagi sejuk
yang telah lama terlewatkan
coba saja menikmati hening pagi
yang tidak lama akan berpaling
coba saja menikmati jalanan yang kosong
sambil bersenandung ditengah dinginnya kota mereka





aku bersama mereka
mencoba berjalan dijalur peraturan
aku bersama mereka
mencoba membuktikan betapa perkasanya kami
aku bersama mereka
mencoba tersenyum ditengah hantaman menusuk tulang.

Parmaksian, 13 Desember 2012

Selamat Tinggal "Simenunda"


Ada sebuah cerita tentang seorang muda yang mempunyai cita-cita yang tinggi ketika ia masih belia, ia berkata kepada dirinya sendiri "suatu hari nanti, aku akan melakukan apa yang menjadi cita-cita dalam hidupku dan orang-orang akan melihat betapa hebatnya diriku"

Namun kenyataannya tidak sedikitpun tindakan yang dilakukannya untuk mewujudkan cita-citanya itu. Ketika teman-temannya bertanya mengenai cita-citanya, ia berkata "tenang nanti juga aku akan melakukannya setelah aku menyelesaikan studi".

Setelah ia menamatkan pendidikannya, ia kemudian berjanji akan melakukan cita-citanya setelah ia mendapatkan pekerjaan pertamanya.

Ketika bertahun-tahun bekerja orangtuanya menanyakan kapan ia akan mengambil tindakan untuk mewujutkan cita-citanya. Ia berjanji akan melakukannya setelah ia menikah.

Namun setelah menikah, ia berkata lagi "aku akan mewujidkan mimpiku setelah anak-anakku beranjak dewasa dan dapat mengurus diri mereka sendiri, dan sekarang aku akan fokus dulu membesarkan dan mendidik anak-anak".

Dan sekali lagi ketika anak-anaknya telah menamatkan sekolah, ia berjanji akan melakukannya setelah pensiun.

Tetapi sayangnya ketika ia pensiun, ia akhirnya berkata, "sudah terlambat untuk memulainya sekarang". Sebagai orang tua, energi masa mudanya telah hilang, waktu terus berlalu dan akhirnya mengubur mimpinya.
Ingatlah kebiasaan menunda dapat membuat kita yang pada awalnya sangat bersemangat akan kehilangan gairah dan berlari menjauh dari mimpi kita.

Cerita diatas berhasil membuat saya tercengang dan dalam hati saya berharap tidak akan seperti itu. Mengingat sudah banyak waktu terbuang dan terlewatkan akibat kegemaran untuk menunda.

Seharusnya kita mengingat selagi masih ada waktu raihlah kesempatan itu. Sebenarnya tidak ada waktu yang tepat, dan satu-satunya cara adalah meraih apa yang tersedia pada saat ini, bertindaklah sekarang dan katakan selamat tinggal pada "simenunda".

Gunakanlah hari ini seolah-olah tiada lagi hari esok. Kejarlah mimpi-mimpimu segera sehingga tiada penyesalan di hari tua.


















Balige, 25 Febuari 2013

Rabu, 20 Februari 2013

Genangan Air



Tidak dapat dipungkiri musim hujan yang berkepanjangan meninggalkan genangan air yang terkadang berlebihan (red. Banjir). 

Hal ini terjadi bukan hanya di daerah jakarta atau bekasi yang memang terkenal dengan permasalahan banjirnya. Daerah tempatku tinggal sekarang juga mengalami hal serupa memang tidak mengerikan seperti di kota besar tersebut dan  satu lagi tidak harus mengungsi.



yup...genangan air setinggi 40 cm yang hanya menggenangi jalan keluar menuju jalan raya didekat kosanku hampir membuatku ngeri juga (berhubung selama 24 tahun hidup belum pernah melewati genangan air setinggi itu).

Hal yang menarik bagiku sebenarnya yaitu jalanan yang sering terkena genangan air hujan. Lama kelamaan jalanannya akan rusak sangat berbeda dengan jalan yang tidak tergenang air.

Mungkin bisa di analogikan dengan pergaulan kita. Seperti ada tertulis pergaulan yang buruk akan menghilangkan kebiasaan yang baik.

Jika kita bergaul di lingkungan yang buruk bukan mustahil kita kan menjadi buruk juga.Sekuat apapun kita bertahan tetap menjadi orang baik dalam lingkungan yang buruk mungkin ada juga kalanya kita kehilangan pertahanan kita, ibarat sebuah batu besar yang setiap hari ditetesi oleh setetes air lama kelamaan akan rusak juga.

so tidak ada salahnya kita menjaga pergaulan kita.

Kamis, 14 Februari 2013

Iseng

Akhir-akhir ini lagi iseng photo-photo benda-benda, hehe,,iseng gak jelas gitu dehh...
ini dia...check it out...:)

"Langit Balige" diambil di ketinggian waktu lagi makan di rumah makan BPK



"gantungan kunci " Sangat suka dengan kata-kata yang ada di mainan gantungan kunci ini.



Ini dia "Hijauku" sambal cabe rawit yang maknyos di campur asam jadi deh hijau pedas luar biasa.



"Sambal" Cabe merah ditambah gula merah, asik banget pedes-pedes manis gitu




















"Terperangkap dalam merah", Tebs soft drink kesukaanku, habis minumnya wajib bersendawa...




"SiMerah Kuning" Bunga kecil yang cantik, milik simamak

Senin, 04 Februari 2013

Cerita Tentang Parmaksian


Dua tahun yang lalu saya mendapat penempatan kerja di Toba Samosir(Tobasa), Tobasa adalah Salah satu Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara. Jika dari Pematangsiantar kita akan menghabiskan waktu sekitar satu setengah jam menuju Tobasa. Balige adalah ibu kota Kabupaten Tobasa dan kita akan menghabiskan waktu sekitar dua setengah jam dari Pematangsiantar menuju Balige.
Parmaksian adalah satu dari enambelas kecamatan yang ada di kabupaten Tobasa. Dan saya mendapatkan wilayah tugas di Kecamatan ini.
Awalnya bagi saya tidak ada yang istimewa dari daerah ini.Kecamatan ini adalah kecamatan baru yang dibentuk tahun 2009.
Mayoritas Masyarakatnya berprofesi sebagai petani. Mungkin banyak masyarakat Sumatera utara bahkan ada beberapa masyarakat Tobasa yang belum mengenal nama Parmaksian,tapi akan "ngeh" setelah dikatakan tempatnya indorayon.
Sama seperti saya, saat mendapat penempatan di Parmaksian saya sama sekali buta tentang kecamatan ini, setelah tanya kesana kemari tentunya mbah google juga ikut menjadi sasaran tempat bertanya saya, barulah saya "ngeh" parmaksianadalah kecamatan tempat indorayon berdiri.



Sepintas tentang indorayon yang saat ini bernama PT.Toba Pulp Lestari, merupakan salah satu industri pengolahan terbesar di Toba samosir.
Dan yang menarik buat saya sendiri adalah dengan adanya industri ini tentu banyak juga masyarakat "pendatangnya", itu membuat saya berlega hati merasa akan memiliki teman seperjuangan sesama pendatang di daerah ini.
Dua tahun melalang buana di kecamatan ini, hal yang dapat saya katakan adalah jangan takut menginjakkan kaki disini karena penduduk disini tergolong orang baik dan ramah #menurut saya.
Seingat saya selama melakukan survei di tempat ini saya hanya baru dua kali mengalami penolakan dari penduduk. Selebihnya mereka memiliki tangan terbuka (#pada kesempatan lain saya akan bercerita mengenai pengalaman ketika ditolak).
Diantara sebelas desa di Kecamatan ini saya paling senang jika harus survei di Desa Lumban Huala, alasannya penduduk disana mayoritas sangat memiliki tangan terbuka terhadap orang baru.
Ada tiga desa yang menurut pengalaman saya kehidupan sosialnya mengarah ke perkotaan yaitu Pangombusan, Tangga Batu I, dan Lumban Sitorus. Hal ini dimungkinkan karena Jumlah penduduk pendatangnya lebih banyak dibandingkan desa lain, dan jaraknya yang lumayan dekat dengan lokasi industri. Dan saya tidak sesenang survei di dasa lain ketika di tiga desa ini.
Dari segi kuliner memang di daerah ini sangat minim tetapi paling tidak saya sendiri tidak merasa kerepotan ketika harus mencari tempat untuk sarapan atau makan siang.
Dan jika harus masak sendiri di kecamatan ini juga masih banyak warung kelontong yang menjual sayur-sayur dan bumbu-bumbu.
Setiap paginya kita juga tidak akan mengalami kesulitan mencari penjual ikan segar. Biasanya setiap hari akan ada tiga penjual ikan di Desa Pangombusan. Dua diantaranya menggunakan mobil pick up untuk berjualan.
Untuk sarapan saya biasanya membeli lontong atau nasi gurih di warung "mbak marni", dan untuk makan siang kita bisa memesan atau pergi ke kantin TPL. Atau jika ingin pilihan makanan khas Batak, kita bisa ke Desa Pangombusan dan Tangga Bati I, ada sekitar empat tempat makan Khas batak.
Untuk daerah wisata, di sini belum ada objek wisata yang dapat dinikmati.