Senin, 19 Agustus 2013

Pelajaran dari Kisah Mereka (Cerita di Sela Tugas)



Salah satu keasyikan menjadi orang lapangan yaitu dapat berbagi dengan orang lain yahh..minimal mendengar kisah hidup orang lain

Dua hari yang lalu saya melaksanakan tugas di kecamatan, karena jauhnya kecamatan dari kabupaten membuatku harus memanfaatkan waktu dan memaksimalkan pekerjaan, rasanya hal itu membuatku menjadi manusia super sibuk nomor satu di kecamatan kala itu.

Jam pun telah menunjukkan angka empat, sebelum pulang kusempatkan untuk mampir di rumah seorang mitra berhubung juga ada pekerjaan yang harus kuselesaikan dengannya.

Tapi saat itu saya hanya bertemu dengan istrinya setelah berbasa basi sedikit, bercerita ngalur lindur gak jelas tibalah kami pada topik seputar kehidupan.

Ibu itu bercerita betapa sakitnya hidup yang dia rasakan, sepuluh tahun yang lalu dia harus berurusan dengan pisau bedah karena adanya tumor dirahimnya, tak pelak diapun harus merelakan rahimnya diangkat, syukur saat itu dia telah memiliki 6 orang anak.

Tiga tahun yang lalu juga dia dinyatakan mengidap penyakit sinusitis yang mengharuskan dia untuk selalu memakai masker saat bekerja dan dengan pertimbangan yang lain dia juga harus mengurangi aktivitasnya sebagai petani .

Empat tahun yang lalu suaminya juga didiagnosa mengalami penyakit asam lambung akut, hal itu sampai membuat suaminya tidak dapat berjalan selama satu bulan, sampai sekarang juga masih kelihatan wajah pucat pasinya.

Lima bulan yang lalu dia juga harus merelakan putri kesayangannya yang pergi untuk selamanya, putri yang paling dibanggakannya, putri yang menjadi harapannya kelak.

Didalam keputus asaannya, tak heran jika dia selalu mempertanyakan apa sebenarnya yang salah di dalam hidupnya. 
Di dalam ketidaksadarannya tidak jarang dia terbengong  seolah meratapi kehidupannya. Merasa kebahagiaan seakan berlalu darinya, bahkan sempat terucap pertanyaan “kemanakah putrinya itu pergi setelah meninggal? Benarkah surga itu ada? Kenapa ketika saya mencoba mendekatkan diri kepada Tuhan justru banyak cobaan yang saya hadapi? Terkadang ingin rasanya saya berlalu dari bumi”

Seketika itu juga empati saya meluap, ingin rasanya saya menangis. Berusaha sebisa mungkin memberikan penghiburan. Dengan yakin saya berkata “Tuhan itu ada, Tuhan itu baik, apapun yang terjadi dalam kehidupan kita tetap yakini yang terbaik dari Tuhan adalah yang kita terima. Tetaplah bedoa, kuatkan hati, percaya dan yakin buat pertolonganNya, dan jangan tinggalkan persekutuan dengan Tuhan dan saudara seiman”

“Menurut iman percaya kita jika putri ibu sudah menerima Yesus sebagai Allah dan juru selamat pasti dia sudah berada di sorga, duduk bersama Allah Bapa, dan pada akhirnya kita akan menuju kesana, pada akhirnya kita juga akan berlalu dari dunia ini. Dan sekarang yang harus kita lakukan adalah mengisi kehidupan dengan menyenangkan hati Tuhan” itulah hal yang saya katakan.

Dan benar saya merasa damai setelah mengatakannya, walaupun disisi lain saya merasa sedih dengan diri saya sendiri yang kerap sekali “cengeng” dan sering lupa untuk mengucapkan syukur buat kehidupan indah yang diberi Tuhan.

Selalu merasa kekurangan walaupun berkat yang berlimpah selalu saya terima setiap hari. Kehidupan yang selalu Tuhan pelihara, Kesehatan yang luar biasa dari Tuhan, keluarga yang lengkap, pekerjaan yang Tuhan percayakan. Selalu saja merasa rumput tetangga jauh lebih hijau.

Dan pada akhirnya sayapun berlalu dari rumah mitra saya dengan membawa pengharapan yang baru dengan belajar (lagi) mengisi kehidupan dengan menyenangkan hati Tuhan, terutama dalam ucapan syukur walaupun tidak jarang saya jatuh bangun didalamnya. Dan keinginan untuk lebih memiliki empati terhadap orang lain, dan terus terang ini adalah tantangan yang luar biasa didalam sikap “cuek” saya.

Balige,18 Januari 2013


0 komentar:

Posting Komentar